Moralitas Cerita Indonesia (1)
Engga pengin terlalu pesimistik, tapi rasanya kisah-kisah seperti ini kurang mendidik ya...
Dalam rangkaian kisah buku anak-anak mungkin dapat kita temukan hal-hal yang bisa kita "upgrade" sehingga anak-anak bisa tumbuh lebih baik. Perlu ditekankan dalam prinsip pembedahan saya, cerita yang jadi rujukan adalah cerita yang tersepsi, dan bukan cerita yang mungkin menjadi versi asli dari sumber-sumbernya. Ini karena versi asli tersebut tidaklah berpengaruh, tapi buku atau kisah yang ada di depan pembaca lah yang berpengaruh.
Kita akan mulai pembedahan dengan cerita "Timun Emas" yang ditemukan di versi online buku anak-anak di internet.
Dalam kisah di bawah, yang pertama, ada sebuah kepercayaan yang ditanamkan di anak-anak, kekuatan gaib dan magic yang dimiliki persona-persona tertentu, yang dapat dijadikan solusi dan tempat bergantung. Ini dapat membekas dan mempengaruhi pola pikir dewasa mereka. Dengan kata lain, untuk menempuh resiko dan berusaha dan berjuang kurang ditekankan dalam pencapaian solusi. Sebagai contoh, raksasa yang dapat memberikan seorang anak, dengan prasyarat tertentu. Sekilas mengasosiasikan dengan dunia nyata sekarang, kita melihat pola yang mirip dengan solusi-solusi kedukunan (yang marak) tentang penglarisan atau pesugihan.
Atau tentang pertapa yang mudah memberi "solusi matang" berupa item-item yang siap digunakan manakala ada masalah. Sedikit refleksi dengan kehidupan riil, hampir semua permasalahan tidak memiliki jawaban secara langsung. Kita tidak dapat merogoh kantung saku dan menemukan jawaban dari masalah ketika dihadapkan pada terjepitnya kita pada sebuah situasi. Kita harus berpikir dan melangkah menuju solusi yang terpikirkan. Bahkan kita pun harus berjuang untuk memikirkan solusinya. Adakah hal itu tergambar dalam cerita-cerita ini?
Kedua, keringnya nilai-nilai moral yang terkandung di dalam cerita. Cerita anak yang baik seharusnya dapat mengartikulasikan nilai-nilai ideal dalam wacana yang menginspirasi. Ia harus dapat membuat anak menikmati indah dan damainya "biru" jika warna biru adalah sebuah nilai yang hendak kita sampaikan. Ia harus dapat membuat anak terbakar dan bersemangat dengan "merah", jika warna merah adalah sebuah nilai yang menjadi sasaran. Cerita di bawah memang mengandung nilai moral, tapi entah berapa banyak lapisan yang harus dikuak sehingga anak dapat mengerti dan memahaminya, belum lagi mengaplikasikannya.
Mungkin lebih baik yang ditonjolkan adalah bagaimana anak tersebut terus lari dan berlari, walaupun dalam batas - batas yang nampaknya tak ada pilihan kecuali berhenti dan menyerah. Apapun, nilai-nilai tersebut harus diungkap dengan gambaran yang terang benderang, dengan aroma yang kuat, serta memberi kesan mendalam pada jiwa-jiwa yang membaca atau mendengarnya.
Sekian dari saya dan silahkan menyimak cerita yang saya perbincangkan
Timun Emas
Mbok Sirni namanya, ia seorang janda yang menginginkan seorang anak agar dapat membantunya bekerja. Suatu hari ia didatangi oleh raksasa yang ingin memberi seorang anak dengan syarat apabila anak itu berusia enam tahun harus diserahkan keraksasa itu untuk disantap. Mbok Sirnipun setuju. Raksasa memberinya biji mentimun agar ditanam dan dirawat setelah dua minggu diantara buah ketimun yang ditanamnya ada satu yang paling besar dan berkilau seperti emas. Kemudian Mbok Sirni membelah buah itu dengan hati-hati. Ternyata isinya seorang bayi cantik yang diberi nama timun emas.
Semakin hari timun emas tumbuh menjadi gadis jelita. Suatu hari datanglah raksasa untuk menagih janji Mbok sirni amat takut kehilangan timun emas, dia mengulur janji agar raksasa datang 2 tahun lagi, karena semakin dewasa,semakin enak untuk disantap, raksasa pun setuju. Mbok Sirnipun semakin sayang pada timun emas, setiap kali ia teringat akan janinya hatinyapun menjadi cemas dan sedih. Suatu malam mbok Sirni bermimpi, agar anaknya selamat ia harus menemui petapa di Gunung Gundul. Paginya ia langsung pergi. Di Gunung Gundul ia bertemu seorang petapa yang memberinya 4 buah bungkusan kecil, yaitu biji mentimun, jarum, garam,dan terasi sebagai penangkal. Sesampainya dirumah diberikannya 4 bungkusan tadi kepada timun emas, dan disuruhnya timun emas berdoa.
Paginya raksasa datang lagi untuk menagih janji. Timun emaspun disuruh keluar lewat pintu belakang untuk Mbok sirni. Raksasapun mengejarnya. Timun emaspun teringat akan bungkusannya, maka ditebarnya biji mentimun. Sungguh ajaib, hutan menjadi ladang mentimun yang lebat buahnya. Raksasapun memakannya tapi buah timun itu malah menambah tenaga raksasa. Lalu timun emas menaburkan jarum, dalam sekejap tumbuhlan pohon-pohon banbu yang sangat tinggi dan tajam. Dengan kaki yang berdarah-darah raksasa terus mengejar. Timun emaspun membuka bingkisan garam dan ditaburkannya. Seketika hutanpun menjadi lautan luas. Dengan kesakitannya raksasa dapat melewati.
Yang terakhir Timun Emas akhirnya menaburkan terasi, seketika terbentuklah lautan lumpur yang mendidih, akhirnya raksasapun mati. " Terimakasih Tuhan, Engkau telah melindungi hambamu ini " Timun Emas mengucap syukur. Akhirnya Timun Emas dan Mbok Sirni hidup bahagia dan damai.
Dalam rangkaian kisah buku anak-anak mungkin dapat kita temukan hal-hal yang bisa kita "upgrade" sehingga anak-anak bisa tumbuh lebih baik. Perlu ditekankan dalam prinsip pembedahan saya, cerita yang jadi rujukan adalah cerita yang tersepsi, dan bukan cerita yang mungkin menjadi versi asli dari sumber-sumbernya. Ini karena versi asli tersebut tidaklah berpengaruh, tapi buku atau kisah yang ada di depan pembaca lah yang berpengaruh.
Kita akan mulai pembedahan dengan cerita "Timun Emas" yang ditemukan di versi online buku anak-anak di internet.
Dalam kisah di bawah, yang pertama, ada sebuah kepercayaan yang ditanamkan di anak-anak, kekuatan gaib dan magic yang dimiliki persona-persona tertentu, yang dapat dijadikan solusi dan tempat bergantung. Ini dapat membekas dan mempengaruhi pola pikir dewasa mereka. Dengan kata lain, untuk menempuh resiko dan berusaha dan berjuang kurang ditekankan dalam pencapaian solusi. Sebagai contoh, raksasa yang dapat memberikan seorang anak, dengan prasyarat tertentu. Sekilas mengasosiasikan dengan dunia nyata sekarang, kita melihat pola yang mirip dengan solusi-solusi kedukunan (yang marak) tentang penglarisan atau pesugihan.
Atau tentang pertapa yang mudah memberi "solusi matang" berupa item-item yang siap digunakan manakala ada masalah. Sedikit refleksi dengan kehidupan riil, hampir semua permasalahan tidak memiliki jawaban secara langsung. Kita tidak dapat merogoh kantung saku dan menemukan jawaban dari masalah ketika dihadapkan pada terjepitnya kita pada sebuah situasi. Kita harus berpikir dan melangkah menuju solusi yang terpikirkan. Bahkan kita pun harus berjuang untuk memikirkan solusinya. Adakah hal itu tergambar dalam cerita-cerita ini?
Kedua, keringnya nilai-nilai moral yang terkandung di dalam cerita. Cerita anak yang baik seharusnya dapat mengartikulasikan nilai-nilai ideal dalam wacana yang menginspirasi. Ia harus dapat membuat anak menikmati indah dan damainya "biru" jika warna biru adalah sebuah nilai yang hendak kita sampaikan. Ia harus dapat membuat anak terbakar dan bersemangat dengan "merah", jika warna merah adalah sebuah nilai yang menjadi sasaran. Cerita di bawah memang mengandung nilai moral, tapi entah berapa banyak lapisan yang harus dikuak sehingga anak dapat mengerti dan memahaminya, belum lagi mengaplikasikannya.
Mungkin lebih baik yang ditonjolkan adalah bagaimana anak tersebut terus lari dan berlari, walaupun dalam batas - batas yang nampaknya tak ada pilihan kecuali berhenti dan menyerah. Apapun, nilai-nilai tersebut harus diungkap dengan gambaran yang terang benderang, dengan aroma yang kuat, serta memberi kesan mendalam pada jiwa-jiwa yang membaca atau mendengarnya.
Sekian dari saya dan silahkan menyimak cerita yang saya perbincangkan
Timun Emas
Mbok Sirni namanya, ia seorang janda yang menginginkan seorang anak agar dapat membantunya bekerja. Suatu hari ia didatangi oleh raksasa yang ingin memberi seorang anak dengan syarat apabila anak itu berusia enam tahun harus diserahkan keraksasa itu untuk disantap. Mbok Sirnipun setuju. Raksasa memberinya biji mentimun agar ditanam dan dirawat setelah dua minggu diantara buah ketimun yang ditanamnya ada satu yang paling besar dan berkilau seperti emas. Kemudian Mbok Sirni membelah buah itu dengan hati-hati. Ternyata isinya seorang bayi cantik yang diberi nama timun emas.
Semakin hari timun emas tumbuh menjadi gadis jelita. Suatu hari datanglah raksasa untuk menagih janji Mbok sirni amat takut kehilangan timun emas, dia mengulur janji agar raksasa datang 2 tahun lagi, karena semakin dewasa,semakin enak untuk disantap, raksasa pun setuju. Mbok Sirnipun semakin sayang pada timun emas, setiap kali ia teringat akan janinya hatinyapun menjadi cemas dan sedih. Suatu malam mbok Sirni bermimpi, agar anaknya selamat ia harus menemui petapa di Gunung Gundul. Paginya ia langsung pergi. Di Gunung Gundul ia bertemu seorang petapa yang memberinya 4 buah bungkusan kecil, yaitu biji mentimun, jarum, garam,dan terasi sebagai penangkal. Sesampainya dirumah diberikannya 4 bungkusan tadi kepada timun emas, dan disuruhnya timun emas berdoa.
Paginya raksasa datang lagi untuk menagih janji. Timun emaspun disuruh keluar lewat pintu belakang untuk Mbok sirni. Raksasapun mengejarnya. Timun emaspun teringat akan bungkusannya, maka ditebarnya biji mentimun. Sungguh ajaib, hutan menjadi ladang mentimun yang lebat buahnya. Raksasapun memakannya tapi buah timun itu malah menambah tenaga raksasa. Lalu timun emas menaburkan jarum, dalam sekejap tumbuhlan pohon-pohon banbu yang sangat tinggi dan tajam. Dengan kaki yang berdarah-darah raksasa terus mengejar. Timun emaspun membuka bingkisan garam dan ditaburkannya. Seketika hutanpun menjadi lautan luas. Dengan kesakitannya raksasa dapat melewati.
Yang terakhir Timun Emas akhirnya menaburkan terasi, seketika terbentuklah lautan lumpur yang mendidih, akhirnya raksasapun mati. " Terimakasih Tuhan, Engkau telah melindungi hambamu ini " Timun Emas mengucap syukur. Akhirnya Timun Emas dan Mbok Sirni hidup bahagia dan damai.

